Assalamualaikum Wr.Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Hamdân Wâ Syukrân kehadirat Rabb Al-‘Izzati yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”konsep Pendidikan islam dalam persefektif Muhammad Abduh”.
Shalâtan Wâ` Salâman semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari kejahilan menuju alam yang penuh dengan
pengetahuan.
Salahsatu tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai guna memenuhi
tugas mata kuliyah Filsafat Pendidikan Islam.Penulismenyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam penulisan serta penyusunannya. Oleh karena itu, kritik serta saran maupun sumbangan pemikiran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan isi makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhîrân, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua
kelak. Amin………………..
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Manfaat
Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan Muhammad Abduh............................................................... 3
B. Pemikiran dan pembaruan Abduh dalam
pendidikan islam di mesir...... 4
C. Kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan serta Pengaruhnya terhadap
ulama al-Azhar. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 12
B. Saran.......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia di anjurkan bahkan diharuskan untuk belajar karena tidak
adaistilah terlambat dalam mencari
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dimana saja dan kapanpun saja.Dalam
kegiatan sehari-hari, duniawi ataupun yang bersifat ukhrawi tidak menutup
kemungkinan harus didasari ilmu pengetahuan.
من
اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الأخيرة فعليه باالعلم ومن ارادهما فعليه
باالعلم
Manusia hidup pada hakikatnya menuju dan mendekatkan diri kepada
Allah swt. Allah swt hanya dapat di dekati oleh pribadi yang berhati jernih,
manusia merupakan persoalan inti dalam proses pendidikan.
Dari sekian banyaknya pendidikan yang ada, khususnya pendidikan
islam baik di lembaga pendidikan formal ataupun nonformal. Penulisberinisiatif memberikan
wacana tentang “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM” menurut persefektif Muhammad Abduh
yang dikenal sebagai ulama kontemporer, kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan
serta pengaruhnya terhadap ulama al-Azhar.
Dan penulis akanberusaha sebaik mungkin menjelaskan, yang berkenaan
dengan pemikiran, pembaruan,dan kiprah Muhammad Abduh. Gunasebagai pemenuhan
tugas mata kuliyah filsafat pendidikan islamterhadap penulis khususnya, dan
kepada mahasiswa/I kelas A prodi PBA jurusan tarbiyah sekolah tinggi agama
islam negeri [STAIN] pamekasan pada umumnya.
B.
Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang ada di latar belakang, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian pendidikan menurut Muhammad Abduh?
2.
Apa
saja pembaruan Muhammad Abduh? serta
3.
Sejauh
mana kiprah Muhammad Abduh sebagai ulama pendidikan?
C.
Manfaat Penulisan
Dengan banyaknya pendidikan, secara
khusus kita dapat mengatahui:
4.
Pengertian
pendidikan menurut Muhammad Abduh
5.
Pembaruan
yang di bawa oleh Muhammad Abduh
6.
Sejauh
mana kiprah Muhammad Abduh sebagai ulama pendidikan serta pengaruhnya terhadap
para ulama mesir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kehidupan Muhammad Abduh
Muhamamad Abduh lahir pada tahun 1265H/1849M di sebuah desa Mahallah
Nasr provinsiGharbiyyah. Ayahnya berasal dari Turki yang bernama Akhsan
Khairullah.[1]
Dia menikah dengan seorang perempuan yang namanya Junaidah Uthman yang
menurut sebagian riwayat berintisab dari keturunan bangsa Arab yang punya
silsilah secara langsung mengerucut sampai pada keluarga sahabat Umar bin
Khattab.[2]
Pada tahun 1862 M, Muhammad Abduh belajar agama di masjid syekh
Ahmad di Thanta berkat motivasi pamannya Syekh Darwis Khadar (penganut Thariqah
Sadziliyah dan bermadzhab maliki).Pendidikan selanjutnya, di tempuh
di universitas al-Azhar.Ketika di
al-Azhar, ia memperoleh pengalaman sangat berkesan dari gurunya Syekh Hasan
al-Thawil Dan Syekh Muhammad al- Basyuni. Selain itu, sempat berkenalan dan
menjadi peserta didik Jamaluddin al-Afghani.[3]dan
menamatkannya pada tahun 1877 M dengan mendapat gelar al-Alim. Kemudian memulai
karirnya sebagai pengajar, profesi yang paling disukainya selain menulis. Kehausan
Abduh akan ilmu pengetahuan mendorongnya untuk selalu memperluas cakrawala
pengetahuannya. Hal itu, dibuktikan dengan mempelajari bahasa perancis pada
usiannya yang ke 44.
Pada tahun 1884, ia
diminta oleh al-Afghani untuk datang ke paris dan bersama-sama menerbitkan
majalah al-Urwah al-Wusqa. Ia pergi ke Beirut dan mengajar di sana.
Akhirnya, atas bantuan temannya,--di antaranya seorang berkebangsaan
inggris—pada tahun 1888 ia kemudian diizinkan pulang ke Kairo dan diangkat
sebagai hakim sekaligus sebagai mufti mesir pada tahun 1899 sampai ia meninggal
pada tahun 1905 dalam usia kurang lebih 56 tahun
B.
Pemikiran dan pembaruan Abduh dalam pendidikan islam di mesir
Abduh memiliki pemikiran yang ada hubungannya dengan kebijakan
pemerintah tentang pendidikan, dia menegaskan bahwa pendidikan adalah
kepribadian harus dibentuk dengan pendidikan dan penanaman nilai-nilai hingga
menjadi orang yang baik dan layak karena manusia tidak akan dikatakan utuh
kecuali dengan pendidikan. Ia juga menambahkan bahwa
pendidikan adalah sarana perubahan. Pendidikan
yang benar adalah pendidikan yang didasarkan pada ajaran islam. Pendidikan di
sini, berarti mengikuti prinsip-prinsip yang di bawa para nabi dan rasul.
Sebagai seorang teolog yang modernis, Abduh merasa yakin bahwa
sains dan islam tidak mungkin bertentangan. Ia menyatakan bahwa agama dan
pemikiran ilmiah bekerja pada level yang berbeda. Dan menawarkan
prospek-prospek perkembangan sambil tetap mengamankan kontinuitas dari masa
lampau.[4]
Pemikiran Abduh dalam suatu sistem pendidikan adalah pendidikan
yang fungsional, yang meliputi pendidikan universal bagi semua anak, baik
laki-laki maupun perempuan. Laki-laki ataupun perempuan mendapat hak yang sama
dari Allah, sesuai dengan firman-Nya QS: Al-Ahzab:33. Dalam pandangan Abduh ayat
tersebut menyejajarkan laki-laki dan perempuan dalam hal mendapatkan keampunan
dan apabila yang diberikan Allah atas perbuatan yang sama, baik yang bersifat
keduniaan maupun agama. Ada beberapa pemikiran yang sejalan dengan tujuan hidup
dan pendidikannya. Dapat dijelaskan sebagai berikut: a) membebaskan pemikiran
dari ikatan taklid,[5]kemadzhaban,serta memahami ajaran agama sesuai dengan jalan yang ditempuh
ulama’ zaman klasik (salaf), zaman sebelum timbulnya perbedaan paham, yaitu
kembali pada sumber-sumber utamanya.Dan mempertimbangkannya dalam skala
penalaran modern.[6] b)
memperbaiki bahasa arab yang dipakai baik oleh berbagai institusi pemerintah
maupun surat kabar dan masyarakat pada umumnya dalam surat menyurat. c) Menghidupkan
kembali buku-buku lama untuk mengenal intelektualisme islam yang ada dalam
sejarah, serta mengikuti pendapat-pendapat yang benar sesuai dengan kondisi
yang ada. d)Perlawanan terhadap buku-buku yang tendensius, untuk di perbaiki
dan disesuaikan dengan pemikiran rasional dan historis.
Dalam kenyataannya, tidak semua ide dan pemikirannya dapat diterima
oleh penguasa dan pihak al-Azhar.Penghalang utama yang dihadapinya, adalah para
ulama yang berpikiran statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemikiran Abduh adalah:
Ø Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan
gurunya Syekh Darwisy dan Sayyid Jamaludin al-Afghani, di samping itu sekolah
yang menerapkan sistem pendididkan yang tidak efektif, serta dengan keagamaan
yang statis dan pikiran-pikiran yang fatalistis yang pernah dia alami baik di
Thanta atapun di mesir.
Ø Faktor kebudayaan, berupa ilmu yang diperolehnya selama belajar di
sekolah-sekolah formal dari Jamaludin al-Afghani, serta pengalaman yang di
timbanya dari barat.
Ø Faktor politik yang bersumber dari situasi politik di masanya,
sejak di lingkungan keluarganya di Mahallah
Nashr.
Gerakan pembaruan Islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh tidak
terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengatahuan. Jadi,
pembaruan mendasar yang diupayakan Muhammad Abduh adalah memahami secara
rasional, karena akal (rasio) dapat dijadikan sebagai justifikasi agama,
sehingga doktrin-doktrinnya dapat dilogigakan dan didemonstrasikan secara rasional
pula.
Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern Trends In Islam,
menyebutkan empat agenda pembaruan Muhammad Abduh sebagai pemurnian islam dari
berbagai pengaruh ajaran yang tidak benar, yaitu:
1.
Purifikasi
Purifikasi atau pemurniaan ajaran Islam telah mendapat tekanan
serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dah khurafah yang
masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim. Kaum muslimin tidak perlu
memercayai adanya karamah yang dimiliki para wali atau kemampuan mereka
sebagai wasilah kepada Allah. Dalam pandangan Muhammad Abduh, seorang muslim
diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan syirik.
2.
Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muhammad Abduh di universitas
almamaternya, al-Azhar. Ia menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya
mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk
membela Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari
sains-sains modern, sejarah dan agama eropa, agar diketahui sebab-sebab
kemajuan yang telah mereka capai.[7]Usaha
awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan mata kuliyah filsafat agar
diajarkan di al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme Islam
yang padam diharapkan dapat dihidupakan kembali.[8]
3.
Pembelaan
islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidinya berusaha
mempertahankan potret Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran manusia
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang dicapainya otomatis akan selaras
dengan kebenaran Ilahi yang dipelajari melalui agama.
4.
Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut dilaksanakan Muhammad Abduh dengan cara
membuka kembali pintu ijtihadd.
Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa Islam telah
membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta
dalam keadaan tidak terkekang ia yakin bahwa manusia
memiliki eksistensi diri dan kemerdekaan di dunia ini. Maka, konsekuensi
logisnya adalah manusia mampu memahami nash-nash kitab yang diturunkan dan
dasar-dasarnya itulah yang dikenal dengan ijtihad.
C.
Kiprah Abduh sebagai ulama’ pendidikan serta Pengaruhnya terhadap
ulama al-Azhar.
Sosok Abduh merupakan reformer, keulamaanya tidak bisa diragukan
lagi bahkan dari kalangan intelektual kontemporer dikenal dengan sebutan ulama modernis.Salah
satu karakteristiknya, dia berani menolak adanya dikotomi ilmu pengetahuan. Hal
ini sesuai dengan asumsi bahwa Muhammad Abduh tidak menolak sistem yang
ditawarkan oleh sistem pendidikan barat untuk dijadikan mata rantai kurikulum
yang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi islam.
Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan pada saat
itu, mewariskan dua tipe pendidikan.Tipe pertama pendidikan formal yang
diwujudakan dalam seperangkat kurikulum mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat
atas. Kurikulum tersebut ialah:
1)
Kurikulum
al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu. Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika,
dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini dilakukan
agar output-nya dapat menjadi ulama modern.[9]
2)
Tingkat
sekolah dasar
Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa hendaknya dimulai
semenjak kanak-kanak. Dengan memasukkan mata pelajaran agama sebagai inti semua
pelajaran yang nantinya dapat memiliki jiwa kepribadian muslim. Jiwa
kebersamaan dan nasionalisme yang dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih
baik, serta dapat meraih kemajuan.
3)
Tingkat
atas
Upaya ini dilakukan dengan mendirikan sekolah menengah pemerintah
untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer,
kesehatan, perindustrian, dan sebagainya.
Ketiga paket di atas, merupakan gambaran umum dari kurikulum
pelajaran agama yang diberikan dalam setiap tingkat.Dalam hal ini Muhammad
Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat ke dalam kurikulum yang direncanakan. Dengan
demikia dalam bidang pendidikan formal muhammad Abduh menekankan pemberian
pengetahuan yang pokok, yaitu fikih, sejarah islam, akhlak, dan bahasa.
Dalam pendidikan non formal Muhammad Abduh menekankan terhadap
usaha perbaikan (ishlah). Dengan proses pengajaran dan media massa. Ide
tersebut di antaranya:
b.
Mewujudkan piawaian dalam penganugerahan sijil
d.
Menyediakan peruntukan gaji guru dari
perbendaharaan negara dan waqaf negara.
Dalam bidang metode pembelajarannya, ia membawa cara baru dalam dunia
pendidikan pada saat itu. Yaitu metode diskusi yang bertujuan memberikan
pengertian yang mendalam pada peserta didiknya serta kegiatan mengajar yang menekankan
pada metode yang berprinsip atas kemampuan rasio dalam memahami ajaran Islam
dari sumbernya yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, sebagai ganti metode verbalisme
(menghapal). Sering pula mengajarkan bahasa Arab dengan metode demonstrasi tentang
cara-cara menulis huruf Arab dengan
jelas dan sederhana.
Menekankan pentingnya pemberian pengertian dalam setiap pelajaran
yang diberikan. Ia memperingatkan para pendidik untuk tidak mengajar peserta didik
dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya merusak daya nalar,
seperti yang dialami di sekolah farmasi di masjid Ahmadi di Thanta.[10].
Semuanya, harus punya dasar membaca, menulis, berhitung dan harus mendapatkan
pendidikan Agama.[11]Dengan
demikian, upaya yang dilakukan untuk Al-Azhar meliputi: 1) Membentuk dewan
pimpinan al-Azhar yang terdiri dari ulama besar dari empat madzhab, 2) Menertibkan
administrasi al-Azhar dengan menentukan honor yang layak bagi pengajar,
membangun ruang khusus untuk rektor dan mengangkat para pembantu rektor, dan 3)
Masa belajar diperpanjang dan masa libur diperpendek.
Bertolak dari posisi ulama pendidikan, Abduh memiliki signifikasi
pengaruh besar terhadap ulama-ulama al-Azhar khususnya, para ulama atau calon
para ulama institusi al-Azhar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kitab yang
pernah ia karang seperti Tafsir al-Manar dan juga aktif menyumbangkan gagasannya lewat berbagai
majalah dan surat kabar, seperti al-Ahram (paris), al-Waqaiq al-Misriyah
(mesir), dan masih banyak lagi karangan beliau yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Dari berbagai hasil produk tinta emas (karya dalam bentuk buku) dan
sejumlah majalah dan surat kabar, baik dalam negeri maupun luar negeri, secara
bertahap dia menghasilkan peta perubahan kondisi mesir, baik pemikiran para
ulama-nya maupun para calon ulama-nya di al-Azhar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ia menyatakan bahwa agama dan pemikiran ilmiah bekerja pada level
yang berbeda. Pembaruan mendasar yang diupayakan Muhammad Abduh adalah memahami
secara rasional dan pendidikan fungsional
Dalam bidang metode pembelajarannya, ia membawa cara baru dalam dunia
pendidikan yaitu metode diskusi yang bertujuan memberikan pengertian yang
mendalam terhadap peserta didik sebagai ganti metode verbalisme (menghapal).
Pemikiran Muhammad Abduh sesuai dengan sistem pendidikan pada saat
itu, mewariskan dua tipe pendidikan:
1.
Pendidikan
formal. Yang meliputi:
§ Kurikulum al-Azhar
§ Tingkat sekolah dasar
§ Tingkat atas
2.
Pendidikan
non formal, yaitu pendidikan yang di khususkan terhadap ishlah berupa:
b.
Mewujudkan piawaian dalam penganugerahan sijil
d.
Menyediakan peruntukan gaji guru dari
perbendaharaan negara dan waqaf negara.
B.
Saran
Dalam kegiatan apapun tidak terlepas dari kehilafan dan kesalahan,
yang terjadi pada diri seseorang.Oleh karena itu, penulis merasa senang dan
berterima kasih apabila ada sumbangan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Khususnya, kepada dosen pengampu serta teman-teman mahasiswa/i kelas A jurusan
tarbiyah prodi pendidikan bahasa arab sekolah tinggi agama islam negeri (STAIN)
pamekasan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Zainuddin,
Ali Nur, dan Mujtahid, pendidikan Islam dari paradigma klasik hingga
kontemporer, Malang: 2009.
·
Nizar
samsul, sejarah pendidikan Islam, menelusuri jejak sejarah pendidikan era
rasulullah sampai Indonesia. Jakarta: kencana, 2008.
·
Siswanto,
pendidikan Islam dalam perspektif filosofis, pamekasan madura: STAIN
pamekasan pres, 2009.
·
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1987.
[1]Lubis,
Arbiyyah.t.t. pemikiran muhammadiyah dan Muhammad Abduh. Jakarta: bulan
bintang. Hlm. 24&112.
[2] Didin
Saefudin, pemikiran Modern dan post modern islam(Jakarta: Grasindo,
2003), hlm.19.
[3]Jamaluddin al-Afghani
dikenal dengan tokoh pan-aslamisme.Atas pengaruh al-Afghani inilah, Abduh juga
terlibat dalam kegiatan politik.Pada waktu pemerintahan Inggris dan Perancis
mulai intervensi dalam pemerintahan Mesir, al-Afghani melakukan perlawanan.Ia
bangkitkan semangat cinta tanah air rakyat mesir. Pandangan-pandangan politik
al-Afghani diuraikan oleh abduh dalam kuliyah-kuliyah dan tulisan-tulisannya di
surat kabar. Lihat Ibid, hlm. 20.
[4]Fazlurrahman,islam,
hlm.217.
[5] Dalam hal ini,
ia menyatakan bahwa islam mendorong manusia meninggalkan keterikatan mereka
dengan menganggap dungu dan tolol terhadap sikap yang ingin mengetahui apa yang
di katakan para pendahulu. Lihat Muhammad Abduh, The Theology Of Unity, ter.
Ishaq Musaad dan Kenneth Cargy (London: George Allen and Unwin, 1966), hlm.
127.
[6]John Obert
Voll, Islam Continuity And Change In The Modern World (Newyork: Westview
Press, 1982), hlm. 140.
[7]A . Mukti Ali, alam
pikiran islam modern di timur tengah,.(jakarta: djambatan, 1995),
hlm. 365 .
[8] Nurchalish
Madjid, islam Kemodernan Dan Keindonesiaan, h. 331
[9]Ramayulis,
Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam Mengenal Tokoh Pendidikan
Islam Di Dunia Islam Dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 47.
[10]Nizar, sejarah
pendidikan islam, hlm.250.
[11] Ali rahmena
(ed.), Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan, 1996), hlm.59